Indonesia punya semboyan
'Bhinneka Tunggal Ika' yang memiliki arti 'berbeda-beda tetapi tetap satu'.
Semboyan itu menjadi moto bangsa Indonesia yang melambangkan persatuan di
tengah keberagaman Indonesia.
Sebenarnya frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' telah tercipta
jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan penciptanya pun bukan seorang pejuang kemerdekaan.
'Bhinneka Tunggal Ika' adalah sebuah frasa yang terdapat dalam Kakawin Sutasoma. Kakawin sendiri berarti syair dengan bahasa Jawa kuno.
Kakawin Sutasoma merupakan karangan Mpu Tantular yang dituliskan menggunakan bahasa Jawa kuno dengan aksara Bali. Diketahui, Kakawin Sutasoma dikarang pada abad ke-14.
Kutipan frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' sendiri terdapat dalam petikan pupuh 139 bait 5 pada Kakawin Sutasoma.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Sebenarnya frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' telah tercipta
jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan penciptanya pun bukan seorang pejuang kemerdekaan.
'Bhinneka Tunggal Ika' adalah sebuah frasa yang terdapat dalam Kakawin Sutasoma. Kakawin sendiri berarti syair dengan bahasa Jawa kuno.
Kakawin Sutasoma merupakan karangan Mpu Tantular yang dituliskan menggunakan bahasa Jawa kuno dengan aksara Bali. Diketahui, Kakawin Sutasoma dikarang pada abad ke-14.
Kutipan frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' sendiri terdapat dalam petikan pupuh 139 bait 5 pada Kakawin Sutasoma.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Bila diterjemahkan tiap kata, Bhinneka punya arti 'beraneka ragam'. Kata tunggal berarti 'satu' dan ika berarti 'itu'. Sehingga, bila mengacu berdasarkan arti secara harfiahnya, 'Bhinneka Tunggal Ika' memiliki arti 'beraneka ragam itu satu'.
Kakawin Sutasoma kini bisa dilihat secara langsung dalam Pameran Pancasila yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pameran tersebut diadakan di Museum Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Barat, No 12, Gambir, Jakarta Pusat.
Kakawin Sutasoma yang dipamerkan telah dituliskan kembali di atas daun lontar berukuran 40,5 X 3,5 cm pada tahun 1851 dengan isi 182 halaman dan tiap halamannya ditulis dalam 4 baris. Namun, tak diketahui siapa yang menuliskan ulang Kakawin Sutasoma tersebut, karena tidak ada petugas yang bisa ditanya perihal informasi lengkap kakawin tersebut
0 comments:
Post a Comment