Sunday, 26 November 2017

PUISI ANAK SDN 34 PONTIANAK KOTA



PETANI MEMANEN PADI
Padi di sawah mulai menguning
Matahari menyambut datangnya pagi
Kokokan ayam bersahutan
Petani bersiap hendak ke sawah
            Padi-padi di sawah mulai menguning
            Siap untuk dipanen
            Petani gembira dan riang
            Memanen padi di sawah

Cipt. Fadila Tunnisa (kelas III SDN 34 Pontianak Kota)



IBU GURU
Kau adalah pahlawanku
Kau sudah mengajarkanku sampai pintar
Kau sudah mengajarkanku membaca dan menulis
Kau sudah mematuhiku
            Saya senang mendapat guru sepertimu
            Saya mematuhimu
            Sampai kami mendapat ilmu

                        Cipt. Annisa Sahvira (kelas III SDN 34 Pontianak Kota)




ADIKKU
Suka duka kita jalani bersama
Kemanapun kita selalu bersama
Kalau kau ada musibah aku selalu menolongmu, seperti kau
Kau selalu membantuku kalau ada masalah kecil atau besar
            Kita selalu bersama
            Kalau ku tidur sendiri aku merasa kesepian
            Kalau kau sakit aku merasa sedih
            Dan aku akan senang bila kau kembali sehat

                        Cipt. Gelsey Yasmin (kelas III SDN 34 Pontianak Kota)

Tuesday, 5 September 2017

Kegundulan Sebabkan Banjir di Jelai Hulu Kab Ketapang


Banjir yang menenggelamkan puluhan rumah warga di Kecamatan Jelai Hulu memicu banyak pertanyaaan. Sebagian masyarakat mengatakan penyebabnya lantaran aliran sungai Jelai mulai menyempit dan dangkal.
Disisi lain, banyak pihak menduga adanya perusahaan yang membabat hutan hulu Sungai Jelai. Sehingga tidak ada lagi pohon-pohon yang menahan air hujan tersebut.
Kepala Desa Tanggerang, Basri menuturkan, penyebab banjir memang karena pada Senin (28/8) hingga Rabu (30/9) terjadi hujan besar selama 24 jam. Sehingga pada malamnya air sudah datang dengan cepat.
Menurutnya, banjir di Kecamatan Jelai Hulu bukan pertama kali, melainkan sudah yang kesekian kalinya. Namun diakuinya, banjir kali ini besar dan lain gerakannya.
“Dulu pernah juga terjadi banjir, namun tidak memakan kerugian materi, hanya terendam saja. Kalau sekarang posisinya beda. Sehingga menghanyutkan rumah warga,” kata Basri saat diwawancara, Minggu (3/9) di Posko Paroki Tanjung Desa Tanggerang.
Ia menduga, berbedanya banjir saat ini dari sebelumnya lantaran ada kemungkinan karena hutan di hulu Sungai Jelai sudah gundul dibabat perusahaan. Padahal, hutan tersebut menjadi kawah pertahanan air ketika musim hujan.
“Kini pohon-pohon penahan air tersebut tidak ada lagi. Sehingga ketika air hujan itu turun ke Kecamatan Jelai Hulu menjadi sangat deras. Terlebih banjir kali ini geraknya lain, dimana begitu cepat karena airnya sangat deras,” tutupnya.

Tuesday, 1 August 2017

'Kitab' Sutasoma, Asal Muasal 'Bhinneka Tunggal Ika'

Hasil gambar untuk kitab sutasoma

Indonesia punya semboyan 'Bhinneka Tunggal Ika' yang memiliki arti 'berbeda-beda tetapi tetap satu'. Semboyan itu menjadi moto bangsa Indonesia yang melambangkan persatuan di tengah keberagaman Indonesia.

Sebenarnya frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' telah tercipta

Tuesday, 13 June 2017

Penerimaan Mahasiswa Baru Seleksi Mandiri Universitas Tanjungpura Tahun Akademik 2017/2018

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, juncto Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi, juncto Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 126 Tahun 2015 tentang Penerimaan

Sunday, 26 February 2017

simulasi mahasiswa PGSD FKIP UNTAN

Wednesday, 11 January 2017

Macam-macam Teori Belajar di SD berdasarkan lingkungan sekitarnya

A.    Pengertian Belajar Kognitif
Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses memfungsikan unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
Teori belajar kognitif lebih

Model Cooperative Learning Tipe Make A Match

Pengertian Model Make A Match

Menurut Rusman (2011: 223-233) Model Make A Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

Anita Lie (2008: 56) menyatakan bahwa model pembelajaran tipe Make A Match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match adalah suatu teknik pembelajaran Make A Match adalah teknik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Langkah-langkah Pembelajaran Make A Match

Teknik pembelajaran Make A Match dilakukan di dalam kelas dengan suasana yang menyenangkan karena dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang sedang dibawanya dengan waktu yang cepat.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match (membuat pasangan) ini adalah sebagai berikut:

  1. Guru menyiapkan beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu soal dan satu sisi berupa kartu jawaban beserta gambar).
  2. Setiap peserta didik mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban 
  3. atau soal dari kartu yang dipegang.
  4. Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban), peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi point)
  5. Setelah itu babak dicocokkan lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.       

Model pembelajaran  Make A Match dapat melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran secara merata serta menuntut siswa bekerjasama  dengan  anggota  kelompoknya  agar tanggung  jawab dapat  tercapai,  sehingga  semua siswa aktif dalam proses pembelajaran.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Make A Match

Kelebihan dan kelemahan model Cooperative Learning tipe Make A Match menurut Miftahul Huda (2013: 253-254) adalah :

  1. Kelebihan model pembelajaran tipe Make A Match antara lain: (1) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik; (2) karena ada unsur permainan, metode ini menyengkan; (3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; (4) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; dan (5) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
  2. Kelemahan media Make A Match antara lain: (1) jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang; (2) pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya; (3) jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan; (4) guru harus hati-hati dan bijaksana saat member hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; dan (5) menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

Daftar Pustaka

  • Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.
  • Mihtahul Huda. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Rusman.  2011.  Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Friday, 6 January 2017

Makalah IPS



MAKALAH KAJIAN IPS SD

PERKEMBANGAN DUNNIA PENDIDIKAN
DOSEN PEMBIMBING
Dra. H. Suhardi Marli M.pd







Disusun Oleh
AHMAD ARDIANSYAH
NIM   F1082141036
3A Reguler B




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) 
UNIVERSITAS TANJUNG PURA 
PONTIANAK
2014/2015
 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang........................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C.     Tujuan........................................................................................................ 2
D.    Manfaat..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Perkembangan Pendidikan........................................................................ 3
B.     Reformasi Pendidikan............................................................................... 4
C.     Perkembangan Dunia Pendidikan Negara Indonesia saat ini.................... 5
D.    Problem Pendidikan di Negara Maju........................................................ 12
E.     Problem Pendidikan di Negara Berkembang............................................ 17
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................ 21
B.     Saran.......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22




KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWTatas limpahan rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Perkembangan dunia Pendidikan  makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Kajian IPS SD.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca  dan bermanfaat untuk menambah wawasan kita semua.








Pontianak,26  Desember 2015



               Penulis         


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana bagi para peserta didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian,kecerdasan, akhlak  mulia  serta keterampilan yang  dipergunakan untuk dirinya maupun masyrakat disekelilingnya.

Pendidikan merupakan hal yang penting baik negara yang sudah maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Bagi negara maju, pendidikan digunakan sebagai upaya untuk terus meningkatkan kualitas hidup para warga negaranya. Sedangkan bagi negara-negara yang sedang berkembang, pendidikan dilaksanakan sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan mereka dikancah internasional sehingga mereka dapat disejajarkan dengan negara-negara maju.
Baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang bukanlah tanpa masalah. Negara-negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Jepang, yang tergolong maju juga masih memiliki masalah mengenai pendidikan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Apalagi dengan negara yang sedang berkembang. Dengan segala kekurangannya negara yang sedang berkembang juga memiliki masalah pendidikan yang semakin kompleks.
Melalui perbandingan pendidikan dapat diketahui apa sebenarnya masalah-masalah yang membelit dunia pendidikan di negara-negara maju dan juga negara-negara yang berkembang. Perbandingan itu tentunya akan menjadi refleksi dari sistem pendidikan di Indonesia sendiri. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji, apa sebenarnya masalah-masalah pendidikan yang terjadi di negara-negara tersebut.
Sedangkan Perkembangan pendidikan di Indonesia sendiri tidak luput dari adanya sistem kurikulum yang dibentuk pemerintah Indonesia. Kurikulum kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap.
B.  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana perkembangan pendidikan?
2.      Bagaimana Reformasi Pendidikan?
3.      Bagaimana Perkembangan Dunia Pendidikan Negara Indonesia saat ini?
4.      Apa problem pendidikan yang terjadi di negara maju?
5.      Apa  problem pendidikan yang terjadi di negara berkembang?
C.  Tujuan
1.      Mengetahui perkembangan pendidikan.
2.      Mengetahui Reformasi Pendidikan.
3.      Mengetahui Perkembangan Dunia Pendidikan Negara Indonesia saat ini.
4.      Mengetahui problem pendidikan yang terjadi di negara maju.
5.      Mengetahui problem pendidikan yang terjadi di negara berkembang.


D.  Manfaat
Manfaat disusunnya makalah ini agar dapat memahami dan menambah wawasan bagi pembaca terutama agar dapat mengetahui perkembangan dan problem pendidikan yang terjadi di negara-negara maju dan negara-negara berkembang terutama di negara Indonesia.











BAB II
PEMBAHASAN

A.  Perkembangan Pendidikan
Bangkitnya dunia pendidikan yang dirintis oleh Pahlawan kita Ki Hadjar Dewantara untuk menentang penjajah pada massa lalu, sungguh sangat berarti apabila kita cermati dengan saksama. Untuk itu tidak terlalu berlebihan apabila bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar memperingati hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei ini, sebagai bentuk refteksi penghargaan sekaligus bentuk penghormatan yang tiada terhingga kepada para Perintis Kemerdekaan dan Pahlawan Nasional. Di samping itu, betapa jiwa nasionalisme dan kejuangannya serta wawasan kebangsaan yang dimiliki para pendahulu kita sangat besar, bahkan rela berkorban demi nusa dan bangsa. Lantas bagaimana perkembangan sekarang? Sangat ironis, memang. Banyak para pemuda kita yang tidak memiliki jiwa besar, bahkan sangat mengkhawatirkan, janganjangan terhadap lagu kebangsaan kita pun sudah tidak hafal, jangankan menghayati. Namun, kita sangat yakin dan semakin sadar, bahwa hanya melalui dunia pendidikanlah bangsa kita akan menjadi maju, sehingga dapat mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain di dunia, sekaligus merupakan barometer terhadap kualitas sumber daya manusia.
Krisis moneter yang berlanjut dalam krisis ekonomi yang terjadi hingga puncaknya ditandai dengan jatuhnya rezim Soeharto dari kekuasaannya pada Mei 1998 yang lalu, telah mendorong reformasi bukan hanya dalam bidang politik dan ekonomi saja, melainkan juga terimbas dalam dunia pendidikan juga. Reformasi dalam bidang pendidikan, pada dasarnya merupakan reposisi dan bahkan rekonstruksi pendidikan secara keseluruhan atau secara komprehensif integral. Reformasi, reposisi dan rekonstruksi pendidikan jelas harus melibatkan penilaian kembali secara kritis pencapaian dan masalah-masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Apabila kita amati secara garis besar, pencapaian pendidikan nasional kita masih jauh dan harapan, apalagi untuk mampu bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan pada tingkat global. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif, pendidikan nasional masih memiliki banyak kelemahan mendasar. Bahkan pendidikan nasional, menurut banyak kalangan, bukan hanya belum berhasil meningkatkan kecerdasan dan keterampilan anak didik, melainkan gagal dalam membentuk karakter dan watak kepribadian (nation and character building), bahkan terjadi adanya degradasi moral.

B.  Reformasi Pendidikan
Kita harus sadar, bahwa pembentukan karakter dan watak atau kepribadian ini sangat penting, bahkan sangat mendesak dan mutlak adanya (tidak bisa ditawar-tawar lagi). Hal ini cukup beralasan. Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas, lebih banyak berupa wacana yang seolah-olah bangsa ini diajak dalam dunia mimpi. Tentu masih ingat beberapa waktu yang lalu Pemerintah mengeluarkan pandangan, bahwa bangsa kita akan makmur, sejahtera nanti di tahun 2030. Suatu pemimpin bangsa yang besar untuk mengajak bangsa atau rakyatnya menjadi “pemimpi” dalam menggapai kemakmuran yang dicita-citakan.
Banyak kalangan masyarakat yang mempunyai pandangan terhadap istilah “kelatahan sosial” yang terjadi akhir-akhir ini. Hal ini memang terjadi dengan berbagai peristiwa, seperti tuntutan demokrasi yang diartikan sebagai kebebasan tanpa aturan, tuntutan otonomi sebagai kemandirian tanpa kerangka acuan yang mempersatukan seluruh komponen bangsa, hak asasi manusia yang terkadang mendahulukan hak daripada kewajiban. Pada akhirnya berkembang ke arah berlakunya hukum rimba yang memicu kesukubangsaan (ethnicity). Kerancuan ini menyebabkan orang frustasi dan cenderung meluapkan perasaan tanpa kendali dalam bentuk “amuk massa atau amuk sosial”.
Berhadapan dengan berbagai masalah dan tantangan, pendidikan nasional pada saat yang sama (masih) tetap memikul peran multidimensi. Berbeda dengan peran pendidikan pada negara-negara maju, yang pada dasarnya lebih terbatas pada transfer ilmu pengetahuan, peranan pendidikan nasional di Indonesia memikul beban lebih berat Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi sebagai pembudayaan (enkulturisasi) yang tentu saja hal terpenting dan pembudayaan itu adalah pembentukan karakter dan watak (nation and character building), yang pada gilirannya sangat krusial bagi notion building atau dalam bahasa lebih populer menuju rekonstruksi negara dan bangsa yang lebih maju dan beradab.
Oleh karena itu, reformasi pendidikan sangat mutlak diperlukan untuk membangun karakter atau watak suatu bangsa, bahkan merupakan kebutuhan mendesak. Reformasi kehidupan nasional secara singkat, pada intinya bertujuan untuk membangun Indonesia yang lebih genuinely dan authentically demokratis dan berkeadaban, sehingga betul-betul menjadi Indonesia baru yang madani, yang bersatu padu (integrated). Di samping itu, peran pendidikan nasional dengan berbagai jenjang dan jalurnya merupakan sarana paling strategis untuk mengasuh, membesarkan dan mengembangkan warga negara yang demokratis dan memiliki keadaban (civility) kemampuan, keterampilan, etos dan motivasi serta berpartisipasi aktif, merupakan ciri dan karakter paling pokok dari suatu masyarakat madani Indonesia. Jangan sampai yang terjadi malah kekerasan yang meregenerasi seperti halnya yang terjadi di IPDN yang menjadi sorotan akhir-akhir ini (Kompas 16/4), Kekerasan fisik yang mengorbankan nyawa dan harta benda tersebut, sangat jelas terkait pula dengan masih bertahannya “kekerasan struktural” (structural violence) pada tingkat tertentu. Akibatnya, perdamaian hati secara hakiki tidak atau belum berhasil diwujudkan.
Oleh : Drs. Bambang Nurokhim

C.  Perkembangan Dunia Pendidikan Negara Indonesia saat ini
Perkembangan pendidikan di Indonesia tidak luput dari adanya sistem kurikulum yang dibentuk pemerintah Indonesia.kurikulum kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006.Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
1.      Rencana Pelajaran 1947
      Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rencana Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utam kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan.Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran.Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.Setelah rencana pembelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi Rentjana Pelajaran Terurai 1952.Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.


2.      Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952.“Silabus mata pelajarannya jelas sekali.seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional prak tis.Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di indonesia. Kali ini diberi nama dengan Rentjana Pendidikan 1964. Yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.
3.      Kurikulum 1968
       Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
      Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat.“Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya.Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
4.      Kurikulum 1975
       Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada tujuan,Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.


5.      Kurikulum 1984
 Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”.Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
     Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992.Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA.Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.Penolakan CBSA bermunculan.
6.      Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
    Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal.Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.
Walhasil,menjelma menjadi kurikulum super padat.Kejatuhan rezim  Soeharto pada 1998,diikuti kehadiran suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambah sejumlah materi. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan undang-undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan.Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
  Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:
a.    Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
b.    Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup  padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
c.    Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d.   Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
(1.) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
(2.) Pengajaran dari hal yang konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
(3.) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.
(4.) Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut :
         -  Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
           - Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.

7.      Kurikulum 2004
       Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian.Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK yang diberi nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan.
8.      KTSP 2006
       Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.
Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR).

D.  Problem Pendidikan di Negara Maju
Pendidikan di negara-negara maju bukannya tidak mengalami masalah. Seperti halnya di negara-negara berkembang ada beberapa masalah yang dihadapi oleh pendidikan di negara-negara maju. Sebagai contoh negara-negara maju yang mengalami beberapa masalah di bidang pendidikan antara lain Inggris, Jepang, Amerika Serikat dan Turki.
1.      Inggris
     Ada beberapa masalah pendidikan di Inggris yang cukup mendapatkan perhatian dari kalangan pemerhati pendidikan di sana. Persatuan Guru Nasional Inggris dan Wales mengemukakan ada beberapa masalah kependidikan yang dihadapi oleh pendidikan Inggris. Masalah-masalah tersebut antara lain:
a.     The relationship between education and employment and preparation for the transition from school to work.
Masyarakat Inggris berpandangan bahwa tugas pokok sekolah adalah membantu siswa memecahkan masalah. Termasuk di dalamnya yaitu membantu siswa memecahkan masalah transisi dari sekolah menuju dunia kerja. Masyarakat Inggris menghendaki adanya fungsi nyata dari lulusan suatu sekolah dalam arti bagaimana lulusan tersebut dapat didayagunakan dalam dunia kerja. Mereka menginginkan adanya hubungan antara lingkungan pendidikan dengan dunia kerja. Oleh karenanya, sekolah diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan, holding company dan sebagainya.
b.      Acommitment to life-longeducation
   Pendidikan di Inggris tengah berupaya agar prinsip pendidikan sepanjang hayat (long life education) dapat terlaksana. Upaya ini dilakukan agar mereka yang sudah berusia lanjut juga terus mendapatkan pendidikan. Hal ini dikarenakan ada sebagian orang-orang lanjut usia yang pada masa kanak-kanaknya kurang mengenyam pendidikan. Dengan adanya usaha ini diharapkan adanya pemerataan pendidikan baik muda maupun tua sesuai dengan prinsip long life education.
c.       The expansion of educational facilities
   Salah satu resiko dari pengembangan sarana pendidikan adalah biaya yang dikeluarkan akan semakin banyak. Apalagi di era arus informasi dan teknologi yang semakin hari semakin berkembang dengan cepat sehingga membutuhkan sarana pendidikan yang dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini agar pendidikan Inggris tidak ketinggalan zaman. Dampak dari pengembangan sarana pendidikan berteknologi tinggi,  akan mengurangi tenaga kerja guru itu sendiri. Akibatnya banyak guru-guru yang akan menganggur. Namun  di lain pihak apabila fasilitas tidak terpenuhi atau kurang maka akan menimbulkan hambataan belajar sehingga kurang optimalnya proses belajar siswa. Hal ini juga akan berdampak pada ekonomi Inggris di masa mendatang.


d.      Teacher education for tomorrow
Pendidikan guru juga merupakan masalah yang harus diperhatikan. Sistem dan metode pengajaran hendaknya dapat memenuhi permintaan masyarakat yang menginginkan hasil yang bagus. Untuk menangani masalah tersebut, pendidikan profesi keguruan di Inggris dipersiapkan secara matang selama 4 tahun. Melalui pendidikan tersebut, guru diharapkan dapat menjelaskan tentang kenyataan hidup dalam masyarakat plural yang multirasial dan multikultural.   
2.      Jepang
   Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang digolongkan sebagai negara maju. Akan tetapi, sebagai negara maju Jepang juga mengalami beberapa masalah mengenai kependidikan. Adapun permasalah kependidikan yang dialami Jepang adalah sebagai berikut:
a.       Hubungan antara program kependidikan di lembaga- lembaga kependidikan dengan dunia kerja. Masalah ini justru datang dari para lulusan perguruan tinggi. Para lulusan perguruan tinggi cenderung memilih untuk kerja di lembaga pemerintahan. Hal ini berbanding terbalik dengan usaha pemerintah yang ingin melakukan pengurangan pegawai negeri. Dengan kondisi yang demikian, maka akan terjadi banyak pengangguran intelektual dari lulusan universitas.
               Pendidikann  Jepang menitikberatkan pada ahli teknologi tinggi demi memenuhi kebutuhan masyarakat modern, akibatnya terjadi dehumanisasi dengan banyaknya tuntutan dari para pencari kerja, terutama dari kalangan non teknis. Salah satu upaya penanganan tersebut maka perlu adanya sekolah atau pendidikan yang dapat membangun pertumbuhan tenaga kerja intelektual yang terampil dan professional di bidang usaha swasta.
b.      Persiapan menghadapi masa peralihan dari masa sekolah ke masa kerja serta masa hidup bermasyarakat.
Sesuai dengan keadaan pada poin a, maka perlu adanya persiapan peralihan dari dunia pendidikan menuju dunia kerja serta hidup di masyarakat. Di Jepang, masa peralihan terjadi pada pendidikan sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Bagi mereka lulusan sekolah kejuruan tidak begitu menimbulkan permasalahan, karena mereka telah dibekali keahlian sesuai dengan jurusan masing-masing sehingga keterampilan mereka dapat digunakan dalam dunia kerja. Sedangkan bagi lulusan sekolah umum dan perguruan tinggi hendaknya ada suatu strategi khusus guna menyiapkan lulusan tersebut agar dapat memiliki daya guna di masyarakat.
c.       Pendidikan seumur hidup
Pemberian kesempatan belajar di lembaga non-formal perlu diperhatikan agar konsep pendidikan seumur hidup dapat terlaksana. Aspek lainnya yaitu kerjasama antara orang tua, guru dan siswa dalam proses pendidikan. Sistem ini diharapkan dapat memantau perkembangan siswa baik itu di sekolah maupun di rumah.
d.      Perluasan fasilitas dan pelayanan kependidikan dalam menghadapi bertambahnya hambatan ekonomi.
Masalah ini dikarenakan di Jepang juga terjadi pemusatan pemukiman di kota atau urbanisasi. Dampak dari urbanisasi tersebut dalam kependidikan adalah kurang tersedianya sarana gedung sekolah, karyawan administratif kependidikan serta penanganan siswa yang tidak tertampung di sekolah. Dengan begitu maka biaya yang harus dikeluarkan pemerintah juga semakin besar.Adapun instansi yang menangani pembiayaan pendidikan adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah serta badan-badan lain. Dari ketiga instansi tersebut pemerintah daerah adalah instansi yang paling besar dalam menanggung pembiayaan pendidikan.

e.       Penyediaan tenaga guru yang lebih bermutu untuk mempersiapkan anak didik menghadapi masyarakat masa depan yang semakin kompleks
Pendidikan Jepang mengusahakan agar para siswa yang cerdas dan pandai tertarik pada profesi guru. Tugas pokok guru di Jepang adalah membentuk karakter  para siswa.  Beberapa lembaga pendidikan guru perlu ditingkatkan mutu dan arah pengembangannya pada pendidikan karakter.
f.       Pemerataan dan efektivitas  pendidikan        
Penerimaan untuk bersekolah harus didasarkan hanya pada faktor kemampuan individual anak, bukannya pada status sosial orang tuanya. Siswa yang berkemampuan rendah pun harus diberi pendidikan sama dengan berkemampuan tinggi, agar tidak terjadi jurang pemisah yang semakin melebar dalam masyarakat masa depan.
3.      Amerika Serikat
   Amerika Serikat adalah negara adikuasa dari beberapa aspek. Pendidikan di Amerika Serikat pun juga tergolong maju. Terbukti banyak universitas dan perguruan tinggi di AS yang menjadi tujuan favorit untuk melanjutkan studi. Universitas itu antara lain UCLA, Boston College, Yale University, Harvard University dan lain-lain. Namun pendidikan di Amerika Serikat juga tidak terlepas dari masalah. Washington Post pada tahun 2011 mengemukakan ada dua problem yang terjadi pada pendidikan di Amerika Serikat. Pertama, sesuai laporan dari Organization of Economic Cooperation and Development (OECD), menunjukkan adanya penurunan tingkat lulusan pemuda dewasa pada perguruan tinggi. Sedangkan yang kedua adalah meningkatnya jumlah pinjaman para mahasiswa yang melebihi batas tempo.
Menurut Dr. James M. Lindsay, ada beberapa sebab yang menjadikan turunnya tingkat kelulusan di perguruan tinggi serta meningkatnya jumlah pinjaman yang dilakukan oleh mahasiswa. Salah satu penyebabnya adalah semakin meningkatnya biaya pendidikan di perguruan tinggi. Banyak mahasiswa yang membiayai kuliah dengan mengandalkan pinjaman sebagai investasi dalam bentuk human capital. Namun apabila jumlah pinjaman tersebut meningkat tajam serta banyak yang habis jatuh temponya maka juga akan menjadi masalah.
4.      Turki
  Menurut informasi ada beberapa masalah yang menjadi permasalahan di Turki. Masalah dasar dari sistem pendidikan tinggi di Turki adalah sebagai berikut:
a.      Jumlah siswa dengan gelar doktor di universitas tidak cukup karena siswa   tidak didorong untuk mengejar gelar doktor dan bekerja di universitas.
b.     Universitas di Turki kurang memperhatikan masalah masyarakat dan telah gagal untuk mengembangkan kerjasama dengan lembaga-lembaga negara dan lembaga swadaya masyarakat pada isu-isu seperti pendidikan, perawatan kesehatan, energi, pertanian dan jasa kota.
c.    Program pendidikan di perguruan tinggi tidak siap untuk memenuhi kebutuhan sektor usaha, ini berarti ada ketidakharmonisan antara siswa memperoleh keterampilan di universitas dan ketrampilan yang dituntut oleh kalangan bisnis.
d.    Lembaga pendidikan tinggi di Turki juga gagal memberikan dukungan yang cukup untuk pembangunan ekonomi negara.
e.    Universitas Turki tertinggal di belakang perkembangan dunia mengenai lisensi dan transfer teknologi.
f.       Kebanyakan anggota staf akademik di universitas tidak dilengkapi dengan pengetahuan pedagogis.

E.      Problem Pendidikan di Negara Berkembang
   Negara-negara berkembang merupakan negara yang baru memulai untuk bangkit mengadakan pembangunan di berbagai aspek baik itu ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain-lain. Dengan demikian ada beberapa ciri dari negara berkembang yaitu:
1.       Secara politis, pada umumnya baru mengalami kemerdekaan atau lepas dari penjajahan
2.       Secara ekonomi, pada umumnya miskin dan masih sangat bergantung  pada alam
3.       Secara demografis, pada umumnya padat penduduk, dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi
4.       Secara budaya, kokoh berpegang pada warisan budaya
       Beberapa hal di atas sangat berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil pemerintah dalam pembangunan. Hal ini pun berdampak pada sistem pendidikan nasional. Seperti halnya negara maju, negara berkembang memiliki berbagai masalah pendidikan yang semakin kompleks. Yang dimaksud kompleks adalah karena dari segi ekonomi dan teknologi, negara yang berkembang memang ketinggalan. Dengan berbagai ketertinggalannya tersebut mengakibatkan masalah yang timbul di dunia pendidikan pun semakin kompleks.Berikut ini adalah contoh-contoh negara berkembang yang mengalami persoalan-persoalan pendidikan:
a.       India
    Ada beberapa masalah pendidikan yang dialami India saat ini. Permasalahan pendidikan di India banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
(1.) Faktor  ekonomi, banyak siswa di India yang tidak dapat melanjutkan studi karena masalah biaya.
(2.) Faktor social, ada anggapan bahwa wanita terutama di pedesaan tidak memerlukan pendidikan, lebih baik menjadi ibu rumah tangga saja.
(3.) Faktor sistem pendidikan, banyak siswa menengah atas yang tidak bisa melanjutkan pendidikan karena kurangnya daya tampung yang disediakan oleh universitas. Selain itu, pendidikan pemerintah juga kurang memenuhi standar dibandingkan pendidikan swasta. Ada juga kasus, banyaknya mahasiswa yang menganggur karena tidak mendapatkan pekerjaan.
(4.) Faktor kedisiplinan guru, ada beberapa kasus di India banyak guru-guru yang sudah difasilitasi oleh pemerintah tidak menjalankan tugasnya dengan semestinya.

b.      Pakistan
    Pakistan sebagai negara Islam yang berkembang memiliki beberapa masalah pendidikan. Menurut data  dari UNESCO, penyelesaian studi pada pendidikan dasar di Pakistan yaitu 33,8% pada wanita dan 47,18% pada laki-laki. Hal ini menunjukkan tingkat kelulusan pendidikan dasar di Pakistan sangat rendah. Setidaknya ada 6 masalah pokok yang menjadi persoalan terjadi di Pakistan.
       Masalah-masalah tersebut yaitu:


(1.) Faktor kemiskinan
(2.) Kesenjangan antar daerah
(3.) Diskriminasi gender
(4.) Kurangnya pendidikan yang bersifat teknis, sehingga banyak lulusan yang  tidak mempunyai skill yang mumpuni
(5.) Kurangnya alokasi dana dari pemerintah
(6.) Kurangnya tenaga pendidik atau guru yang professional
Dari contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa permasalahan pendidikan yang terjadi di Negara berkembang disebabkan oleh faktor ekonomi.Siswa tidak melanjutkan pendidikannya karena tidak memiliki biaya. Selain itu, kurangnya dana juga menyebabkan kurang tersedianya sarana prasarana serta teknologi yang memadai. Apalagi di era globalisasi saat ini yang berdampak pada semakin cepatnya arus informasi dan teknologi. Jika sekolah tidak siap menghadapi globalisasi maka ketertinggalan yang akan terjadi.
  Masalah sosial seperti gender juga terjadi di dunia pendidikan Negara-negara berkembang, banyak wanita yang putus sekolah karena dipandang tidak perlu pendidikan tinggi. Mereka beranggapan bahwa wanita nantinya hanya menjadi ibu rumah tangga.
Peningkatan kualitas guru juga menjadi masalah penting yang harus dibenahi oleh negara-negara berkembang. Pendidikan dan pelatihan menjadi guru professional menjadi sangat penting bagi negara-negara berkembang. Hal ini dikarenakan guru merupakan ujung tombak pendidikan nasional.
Menurut Tadjab dalam bukunya Perbandingan Pendidikan ada beberapa hal  mendasar yang menjadi persoalan pendidikan di negara berkembang. Setidaknya ada tiga masalah, yaitu:

(a.)  Peningkatan pendidikan guru
Banyak negara-negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang kekurangan guru. Sebagian besar dari guru-guru tersebut kurang memiliki kompetensi yang memadai sebagai guru yang professional sehingga peningkatan melalui pendidikan dan pelatihan guru merupakan tugas utama negara berkembang.
(b.) Sistem tradisional yang ditinggalkan
Negara-negara berkembang biasanya memiliki kebudayaan yang menjadi produk unggulannya. Namun seiring perkembang zaman kebudayaan tersebut mulai diabaikan dan beralih ke sektor modern. Pengabaian kebudayaan tersebut justru akan semakin menjatuhkan pendidikan, sehingga isu menipisnya  karakter siswa mencuat akhir-akhir ini.
(c.)  Sistem sekolah yang banyak meng-impor dari luar negeri
   Beberapa negara berkembang terutama negara jajahan mewarisi model pendidikan para penjajahnya. Hal ini terjadi di beberapa negara-negara Afrika dan Asia, yang mengadopsi model-model pendidikan seperti Perancis dan Inggris.
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendidikan memiliki tugas untuk menyiapkan sumber daya manusia  pembangunan dari suatu bangsa tersebut. Setiap langkah dalam pembangunan selalu diupayakan beriringan dengan tuntutan kamajuan zaman. Perkembangan zaman yang selalu berubah dan memunculkan berbagai permasalahan baru yang sebelumnya tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.
    Pendidikan yang ada di Indonesia merupakan salah satu negara yang kurang maju di dunia di bidang pendidikan ini. Hal tersebut di karenakan adanya masalah pendidikan di Indonesia yang belum dapat ditangani dengan tuntas. Adapaun masalah pendidikan di Indonesia seperti pergantian kurikulum 2013 yang tidak habis-habisnya dibicarakan. Karena membuat para guru kesulitan dalam mengajar dengan kurikulum 2013.


B.     Saran
  Penulis menyadari bahwa masih telalu banyak kesalahan dan kekhilafan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini.










DAFTAR PUSTAKA









Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Ahmad Ardiansyah | Suppord by Universitas Tanjungpura - Pontianak | Kalimantan Barat