MAKALAH KAJIAN IPS SD
PERKEMBANGAN
DUNNIA PENDIDIKAN
DOSEN PEMBIMBING
Dra. H. Suhardi
Marli M.pd
Disusun
Oleh:
AHMAD ARDIANSYAH
NIM F1082141036
3A Reguler B
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
UNIVERSITAS
TANJUNG PURA
PONTIANAK
2014/2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
D. Manfaat..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Pendidikan........................................................................ 3
B. Reformasi Pendidikan............................................................................... 4
C. Perkembangan Dunia Pendidikan Negara Indonesia saat ini.................... 5
D. Problem Pendidikan di Negara Maju........................................................ 12
E. Problem Pendidikan di Negara Berkembang............................................ 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 21
B. Saran.......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWTatas
limpahan rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Perkembangan dunia Pendidikan” makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas mata kuliah Kajian IPS SD.
Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya
harapkan.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
pembaca dan bermanfaat untuk menambah
wawasan kita semua.
|
Pontianak,26 Desember 2015
Penulis
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana bagi para peserta didik untuk menciptakan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
dipergunakan untuk dirinya maupun masyrakat disekelilingnya.
Pendidikan merupakan hal yang
penting baik negara yang sudah maju maupun negara-negara yang sedang berkembang.
Bagi negara maju, pendidikan digunakan sebagai upaya untuk terus meningkatkan
kualitas hidup para warga negaranya. Sedangkan bagi negara-negara yang sedang
berkembang, pendidikan dilaksanakan sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan
mereka dikancah internasional sehingga mereka dapat disejajarkan dengan
negara-negara maju.
Baik di negara maju maupun negara
yang sedang berkembang bukanlah tanpa masalah. Negara-negara seperti Inggris,
Amerika Serikat, Jepang, yang tergolong maju juga masih memiliki masalah
mengenai pendidikan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Apalagi dengan negara
yang sedang berkembang. Dengan segala kekurangannya, negara yang sedang berkembang juga memiliki masalah pendidikan yang
semakin kompleks.
Melalui perbandingan pendidikan
dapat diketahui apa sebenarnya masalah-masalah yang membelit dunia pendidikan
di negara-negara maju dan juga negara-negara yang berkembang. Perbandingan itu
tentunya akan menjadi refleksi dari sistem pendidikan di Indonesia sendiri.
Oleh karena itu, menarik untuk dikaji, apa sebenarnya masalah-masalah
pendidikan yang terjadi di negara-negara tersebut.
Sedangkan Perkembangan pendidikan di Indonesia sendiri tidak luput dari adanya sistem kurikulum yang dibentuk
pemerintah Indonesia. Kurikulum kerap berubah setiap ada pergantian Menteri
Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi
standar mutu yang jelas dan mantap.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana perkembangan pendidikan?
2. Bagaimana Reformasi Pendidikan?
3. Bagaimana Perkembangan Dunia Pendidikan Negara Indonesia
saat ini?
4. Apa problem pendidikan yang terjadi di negara maju?
5. Apa problem pendidikan yang terjadi di negara berkembang?
C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan pendidikan.
2. Mengetahui Reformasi Pendidikan.
3. Mengetahui Perkembangan Dunia Pendidikan Negara Indonesia
saat ini.
4. Mengetahui problem pendidikan yang terjadi di negara maju.
5. Mengetahui problem pendidikan yang terjadi di negara berkembang.
D. Manfaat
Manfaat disusunnya makalah ini agar
dapat memahami dan menambah wawasan bagi pembaca terutama agar dapat
mengetahui perkembangan dan problem pendidikan yang terjadi di negara-negara
maju dan negara-negara berkembang terutama di negara Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan
Pendidikan
Bangkitnya dunia pendidikan yang
dirintis oleh Pahlawan kita Ki Hadjar Dewantara untuk menentang penjajah pada
massa lalu, sungguh sangat berarti apabila kita cermati dengan saksama. Untuk
itu tidak terlalu berlebihan apabila bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar
memperingati hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei ini,
sebagai bentuk refteksi penghargaan sekaligus bentuk penghormatan yang tiada
terhingga kepada para Perintis Kemerdekaan dan Pahlawan Nasional. Di samping
itu, betapa jiwa nasionalisme dan kejuangannya serta wawasan kebangsaan yang
dimiliki para pendahulu kita sangat besar, bahkan rela berkorban demi nusa dan
bangsa. Lantas bagaimana perkembangan sekarang? Sangat ironis, memang. Banyak
para pemuda kita yang tidak memiliki jiwa besar, bahkan sangat mengkhawatirkan,
janganjangan terhadap lagu kebangsaan kita pun sudah tidak hafal, jangankan
menghayati. Namun, kita sangat yakin dan semakin sadar, bahwa hanya melalui
dunia pendidikanlah bangsa kita akan menjadi maju, sehingga dapat mengejar
ketertinggalan dengan bangsa lain di dunia, sekaligus merupakan barometer
terhadap kualitas sumber daya manusia.
Krisis moneter yang berlanjut dalam
krisis ekonomi yang terjadi hingga puncaknya ditandai dengan jatuhnya rezim
Soeharto dari kekuasaannya pada Mei 1998 yang lalu, telah mendorong reformasi
bukan hanya dalam bidang politik dan ekonomi saja, melainkan juga terimbas
dalam dunia pendidikan juga. Reformasi dalam bidang pendidikan, pada dasarnya
merupakan reposisi dan bahkan rekonstruksi pendidikan secara keseluruhan atau
secara komprehensif integral. Reformasi, reposisi dan rekonstruksi pendidikan
jelas harus melibatkan penilaian kembali secara kritis pencapaian dan
masalah-masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Apabila kita amati secara garis
besar, pencapaian pendidikan nasional kita masih jauh dan harapan, apalagi
untuk mampu bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan pada
tingkat global. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif, pendidikan nasional
masih memiliki banyak kelemahan mendasar. Bahkan pendidikan nasional, menurut
banyak kalangan, bukan hanya belum berhasil meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan anak didik, melainkan gagal dalam membentuk karakter dan watak
kepribadian (nation and character building), bahkan terjadi adanya degradasi
moral.
B. Reformasi Pendidikan
Kita harus sadar, bahwa pembentukan
karakter dan watak atau kepribadian ini sangat penting, bahkan sangat mendesak
dan mutlak adanya (tidak bisa ditawar-tawar lagi). Hal ini cukup beralasan.
Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis yang terus berkelanjutan
melanda bangsa dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas
dan tegas, lebih banyak berupa wacana yang seolah-olah bangsa ini diajak dalam
dunia mimpi. Tentu masih ingat beberapa waktu yang lalu Pemerintah mengeluarkan
pandangan, bahwa bangsa kita akan makmur, sejahtera nanti di tahun 2030. Suatu
pemimpin bangsa yang besar untuk mengajak bangsa atau rakyatnya menjadi
“pemimpi” dalam menggapai kemakmuran yang dicita-citakan.
Banyak kalangan masyarakat yang
mempunyai pandangan terhadap istilah “kelatahan sosial” yang terjadi
akhir-akhir ini. Hal ini memang terjadi dengan berbagai peristiwa, seperti
tuntutan demokrasi yang diartikan sebagai kebebasan tanpa aturan, tuntutan
otonomi sebagai kemandirian tanpa kerangka acuan yang mempersatukan seluruh
komponen bangsa, hak asasi manusia yang terkadang mendahulukan hak daripada kewajiban.
Pada akhirnya berkembang ke arah berlakunya hukum rimba yang memicu
kesukubangsaan (ethnicity). Kerancuan ini menyebabkan orang frustasi dan
cenderung meluapkan perasaan tanpa kendali dalam bentuk “amuk massa atau amuk
sosial”.
Berhadapan dengan berbagai masalah
dan tantangan, pendidikan nasional pada saat yang sama (masih) tetap memikul
peran multidimensi. Berbeda dengan peran pendidikan pada negara-negara maju,
yang pada dasarnya lebih terbatas pada transfer ilmu pengetahuan, peranan
pendidikan nasional di Indonesia memikul beban lebih berat Pendidikan berperan
bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas
lagi sebagai pembudayaan (enkulturisasi) yang tentu saja hal terpenting dan
pembudayaan itu adalah pembentukan karakter dan watak (nation and character
building), yang pada gilirannya sangat krusial bagi notion building atau dalam
bahasa lebih populer menuju rekonstruksi negara dan bangsa yang lebih maju dan
beradab.
Oleh karena itu, reformasi
pendidikan sangat mutlak diperlukan untuk membangun karakter atau watak suatu
bangsa, bahkan merupakan kebutuhan mendesak. Reformasi kehidupan nasional
secara singkat, pada intinya bertujuan untuk membangun Indonesia yang lebih
genuinely dan authentically demokratis dan berkeadaban, sehingga betul-betul
menjadi Indonesia baru yang madani, yang bersatu padu (integrated). Di samping
itu, peran pendidikan nasional dengan berbagai jenjang dan jalurnya merupakan
sarana paling strategis untuk mengasuh, membesarkan dan mengembangkan warga
negara yang demokratis dan memiliki keadaban (civility) kemampuan,
keterampilan, etos dan motivasi serta berpartisipasi aktif, merupakan ciri dan
karakter paling pokok dari suatu masyarakat madani Indonesia. Jangan sampai
yang terjadi malah kekerasan yang meregenerasi seperti halnya yang terjadi di
IPDN yang menjadi sorotan akhir-akhir ini (Kompas 16/4), Kekerasan fisik yang
mengorbankan nyawa dan harta benda tersebut, sangat jelas terkait pula dengan
masih bertahannya “kekerasan struktural” (structural violence) pada tingkat
tertentu. Akibatnya, perdamaian hati secara hakiki tidak atau belum berhasil
diwujudkan.
Oleh : Drs. Bambang Nurokhim
C. Perkembangan
Dunia Pendidikan Negara Indonesia saat ini
Perkembangan
pendidikan di Indonesia tidak luput dari adanya sistem kurikulum yang dibentuk
pemerintah Indonesia.kurikulum kerap berubah setiap ada pergantian Menteri
Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi
standar mutu yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945,
kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947,
1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006.Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.Sebab, kurikulum
sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum
nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD
1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan
dalam merealisasikannya.
1. Rencana Pelajaran 1947
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi
nama Rencana Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan
kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam
proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utam kurikulum ini
adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan
sejajar dengan bangsa lain.Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan
memakai istilah leer plan.Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran,
lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi
pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran
1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.Sejumlah kalangan menyebut
sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat
dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis
besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran.Yang
diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian
dan pendidikan jasmani.Setelah rencana pembelajaran 1947, pada tahun 1952
kurikulum Indonesia mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi
Rentjana Pelajaran Terurai 1952.Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah
setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari.
2. Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang
disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952.“Silabus mata pelajarannya jelas
sekali.seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur
Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun
Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana
Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.Fokusnya pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional prak tis.Usai tahun 1952, menjelang
tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di
indonesia. Kali ini diberi nama dengan Rentjana Pendidikan 1964. Yang menjadi
ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana
yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.
3. Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah
kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama
Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri
dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum
1964, yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus.Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi
pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan
pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti
Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya
pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum
bulat.“Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya.Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa
di setiap jenjang pendidikan.
4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968
menekankan pada tujuan,Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan
lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di
bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,”
kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).Zaman ini dikenal istilah
“satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap
satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan
evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru sibuk menulis rincian apa yang
akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984
mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi
faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975
yang disempurnakan”.Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting
dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala
Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta —
sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992.Konsep CBSA yang elok
secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan,
mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.Sayangnya,
banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA.Yang terlihat adalah suasana gaduh
di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan
yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.Penolakan CBSA bermunculan.
6. Kurikulum 1994 dan Suplemen
Kurikulum 1999
Kurikulum 1994
bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.“Jiwanya
ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara
pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil.
Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal.Materi muatan lokal disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain.Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum.
Walhasil,menjelma menjadi kurikulum super
padat.Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998,diikuti kehadiran suplemen
Kurikulum 1999. Tapi
perubahannya lebih pada menambah sejumlah materi. Kurikulum 1994 dibuat sebagai
penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan undang-undang no. 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan.Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi
tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima
materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri
yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:
a. Pembagian tahapan pelajaran di
sekolah dengan sistem catur wulan.
b. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi
pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
c. Kurikulum 1994 bersifat
populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di
seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang
khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sekitar.
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara
mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan
bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.
(1.) Dalam pengajaran suatu mata
pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan
perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian
antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang
menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
(2.) Pengajaran dari hal yang
konkrit ke ha yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal
yang sederhana ke hal yang kompleks.
(3.) Pengulangan-pengulangan materi
yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.
(4.) Selama dilaksanakannya
kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari
kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di
antaranya sebagai berikut :
- Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya
mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
- Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang
relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena
kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
7. Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK).Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai
siswa.Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi
siswa, yakni ujian.Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal
pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu
lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar
pemahaman dan kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah
kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan
KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya
kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.
Kurikulum ini dikatakan sebagai perbaikan dari KBK
yang diberi nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP ini merupakan
bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan
Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan
delapan standar nasional pendidikan.
8. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi
isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis
evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling
menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran
sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.
Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap
mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional.Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus
dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR).
D. Problem
Pendidikan di Negara Maju
Pendidikan di negara-negara maju
bukannya tidak mengalami masalah. Seperti halnya di negara-negara berkembang
ada beberapa masalah yang dihadapi oleh pendidikan di negara-negara maju.
Sebagai contoh negara-negara maju yang mengalami beberapa masalah di bidang
pendidikan antara lain Inggris, Jepang, Amerika Serikat dan Turki.
1. Inggris
Ada beberapa masalah pendidikan di Inggris yang cukup mendapatkan
perhatian dari kalangan pemerhati pendidikan di sana. Persatuan Guru Nasional
Inggris dan Wales mengemukakan ada beberapa masalah kependidikan yang
dihadapi oleh pendidikan Inggris. Masalah-masalah tersebut antara lain:
a. The relationship
between education and employment and preparation for the transition from school
to work.
Masyarakat
Inggris berpandangan bahwa tugas pokok sekolah adalah membantu siswa memecahkan
masalah. Termasuk di dalamnya yaitu membantu siswa memecahkan masalah transisi
dari sekolah menuju dunia kerja. Masyarakat Inggris menghendaki adanya fungsi
nyata dari lulusan suatu sekolah dalam arti bagaimana lulusan tersebut dapat
didayagunakan dalam dunia kerja. Mereka menginginkan adanya hubungan antara
lingkungan pendidikan dengan dunia kerja. Oleh karenanya, sekolah diharapkan
dapat menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan, holding company dan
sebagainya.
b. Acommitment to life-longeducation
Pendidikan di Inggris tengah berupaya agar
prinsip pendidikan sepanjang hayat (long life education) dapat
terlaksana. Upaya ini dilakukan agar mereka yang sudah berusia lanjut juga
terus mendapatkan pendidikan. Hal ini dikarenakan ada sebagian orang-orang
lanjut usia yang pada masa kanak-kanaknya kurang mengenyam pendidikan. Dengan
adanya usaha ini diharapkan adanya pemerataan pendidikan baik muda maupun tua
sesuai dengan prinsip long life education.
c. The expansion of educational facilities
Salah satu resiko dari pengembangan sarana
pendidikan adalah biaya yang dikeluarkan akan semakin banyak. Apalagi di era
arus informasi dan teknologi yang semakin hari semakin berkembang dengan cepat
sehingga membutuhkan sarana pendidikan yang dapat disesuaikan dengan
perkembangan zaman. Hal ini agar pendidikan Inggris tidak ketinggalan zaman. Dampak
dari pengembangan sarana pendidikan berteknologi tinggi, akan mengurangi
tenaga kerja guru itu sendiri. Akibatnya banyak guru-guru yang akan menganggur.
Namun di lain pihak apabila fasilitas tidak terpenuhi atau kurang maka
akan menimbulkan hambataan belajar sehingga kurang optimalnya proses belajar
siswa. Hal ini juga akan berdampak pada ekonomi Inggris di masa mendatang.
d. Teacher education for tomorrow
Pendidikan
guru juga merupakan masalah yang harus diperhatikan. Sistem dan metode
pengajaran hendaknya dapat memenuhi permintaan masyarakat yang menginginkan
hasil yang bagus. Untuk menangani masalah tersebut, pendidikan profesi keguruan
di Inggris dipersiapkan secara matang selama 4 tahun. Melalui pendidikan
tersebut, guru diharapkan dapat menjelaskan tentang kenyataan hidup dalam
masyarakat plural yang multirasial dan multikultural.
2. Jepang
Jepang merupakan salah satu negara di Asia
yang digolongkan sebagai negara maju. Akan tetapi, sebagai negara maju Jepang
juga mengalami beberapa masalah mengenai kependidikan. Adapun permasalah
kependidikan yang dialami Jepang adalah sebagai berikut:
a. Hubungan antara program kependidikan di lembaga- lembaga kependidikan
dengan dunia kerja. Masalah ini justru datang dari para lulusan perguruan
tinggi. Para lulusan perguruan tinggi cenderung memilih untuk kerja di lembaga
pemerintahan. Hal ini berbanding terbalik dengan usaha pemerintah yang ingin
melakukan pengurangan pegawai negeri. Dengan kondisi yang demikian, maka akan
terjadi banyak pengangguran intelektual dari lulusan universitas.
Pendidikann
Jepang menitikberatkan pada ahli teknologi tinggi demi memenuhi kebutuhan
masyarakat modern, akibatnya terjadi dehumanisasi dengan banyaknya tuntutan
dari para pencari kerja, terutama dari kalangan non teknis. Salah satu upaya
penanganan tersebut maka perlu adanya sekolah atau pendidikan yang dapat
membangun pertumbuhan tenaga kerja intelektual yang terampil dan professional
di bidang usaha swasta.
b. Persiapan menghadapi masa peralihan dari masa sekolah ke masa kerja serta
masa hidup bermasyarakat.
Sesuai
dengan keadaan pada poin a, maka perlu adanya persiapan peralihan dari dunia
pendidikan menuju dunia kerja serta hidup di masyarakat. Di Jepang, masa
peralihan terjadi pada pendidikan sekolah menengah atas dan perguruan tinggi.
Bagi mereka lulusan sekolah kejuruan tidak begitu menimbulkan permasalahan,
karena mereka telah dibekali keahlian sesuai dengan jurusan masing-masing
sehingga keterampilan mereka dapat digunakan dalam dunia kerja. Sedangkan bagi
lulusan sekolah umum dan perguruan tinggi hendaknya ada suatu strategi khusus
guna menyiapkan lulusan tersebut agar dapat memiliki daya guna di masyarakat.
c. Pendidikan seumur hidup
Pemberian
kesempatan belajar di lembaga non-formal perlu diperhatikan agar konsep
pendidikan seumur hidup dapat terlaksana. Aspek lainnya yaitu kerjasama antara
orang tua, guru dan siswa dalam proses pendidikan. Sistem ini diharapkan dapat
memantau perkembangan siswa baik itu di sekolah maupun di rumah.
d. Perluasan fasilitas dan pelayanan kependidikan dalam menghadapi
bertambahnya hambatan ekonomi.
Masalah ini
dikarenakan di Jepang juga terjadi pemusatan pemukiman di kota atau urbanisasi.
Dampak dari urbanisasi tersebut dalam kependidikan adalah kurang tersedianya
sarana gedung sekolah, karyawan administratif kependidikan serta penanganan
siswa yang tidak tertampung di sekolah. Dengan begitu maka biaya yang harus
dikeluarkan pemerintah juga semakin besar.Adapun instansi yang menangani
pembiayaan pendidikan adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah serta
badan-badan lain. Dari ketiga instansi tersebut pemerintah daerah adalah
instansi yang paling besar dalam menanggung pembiayaan pendidikan.
e. Penyediaan tenaga guru yang lebih bermutu untuk mempersiapkan anak didik
menghadapi masyarakat masa depan yang semakin kompleks
Pendidikan
Jepang mengusahakan agar para siswa yang cerdas dan pandai tertarik pada
profesi guru. Tugas pokok guru di Jepang adalah membentuk karakter para
siswa. Beberapa lembaga pendidikan guru perlu ditingkatkan mutu dan arah
pengembangannya pada pendidikan karakter.
f. Pemerataan dan efektivitas
pendidikan
Penerimaan
untuk bersekolah harus didasarkan hanya pada faktor kemampuan individual anak,
bukannya pada status sosial orang tuanya. Siswa yang berkemampuan rendah pun
harus diberi pendidikan sama dengan berkemampuan tinggi, agar tidak terjadi
jurang pemisah yang semakin melebar dalam masyarakat masa depan.
3. Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah negara adikuasa dari
beberapa aspek. Pendidikan di Amerika Serikat pun juga tergolong maju. Terbukti
banyak universitas dan perguruan tinggi di AS yang menjadi tujuan favorit untuk
melanjutkan studi. Universitas itu antara lain UCLA, Boston College, Yale
University, Harvard University dan lain-lain. Namun pendidikan di Amerika
Serikat juga tidak terlepas dari masalah. Washington Post pada tahun 2011
mengemukakan ada dua problem yang terjadi pada pendidikan di Amerika Serikat.
Pertama, sesuai laporan dari Organization of Economic Cooperation and
Development (OECD), menunjukkan adanya penurunan tingkat lulusan pemuda dewasa
pada perguruan tinggi. Sedangkan yang kedua adalah meningkatnya jumlah pinjaman
para mahasiswa yang melebihi batas tempo.
Menurut Dr.
James M. Lindsay, ada beberapa sebab yang menjadikan turunnya tingkat kelulusan
di perguruan tinggi serta meningkatnya jumlah pinjaman yang dilakukan oleh
mahasiswa. Salah satu penyebabnya adalah semakin meningkatnya biaya pendidikan
di perguruan tinggi. Banyak mahasiswa yang membiayai kuliah dengan mengandalkan
pinjaman sebagai investasi dalam bentuk human capital. Namun apabila jumlah
pinjaman tersebut meningkat tajam serta banyak yang habis jatuh temponya maka
juga akan menjadi masalah.
4. Turki
Menurut informasi ada beberapa masalah yang
menjadi permasalahan di Turki. Masalah dasar dari sistem pendidikan tinggi di
Turki adalah sebagai berikut:
a. Jumlah siswa
dengan gelar doktor di universitas tidak cukup karena siswa tidak didorong untuk mengejar gelar doktor
dan bekerja di universitas.
b. Universitas
di Turki kurang memperhatikan masalah masyarakat dan telah gagal untuk
mengembangkan kerjasama dengan lembaga-lembaga negara dan lembaga swadaya
masyarakat pada isu-isu seperti pendidikan, perawatan kesehatan, energi,
pertanian dan jasa kota.
c. Program pendidikan di perguruan tinggi tidak siap untuk memenuhi kebutuhan
sektor usaha, ini berarti ada ketidakharmonisan antara siswa memperoleh
keterampilan di universitas dan ketrampilan yang dituntut oleh kalangan bisnis.
d. Lembaga
pendidikan tinggi di Turki juga gagal memberikan dukungan yang cukup untuk
pembangunan ekonomi negara.
e. Universitas Turki tertinggal di belakang perkembangan dunia mengenai
lisensi dan transfer teknologi.
f. Kebanyakan anggota staf akademik di universitas tidak dilengkapi dengan
pengetahuan pedagogis.
E. Problem Pendidikan di Negara
Berkembang
Negara-negara berkembang merupakan negara
yang baru memulai untuk bangkit mengadakan pembangunan di berbagai aspek baik
itu ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain-lain. Dengan
demikian ada beberapa ciri dari negara berkembang yaitu:
1. Secara politis, pada umumnya baru mengalami kemerdekaan atau lepas dari
penjajahan
2. Secara ekonomi, pada umumnya miskin dan masih sangat bergantung pada alam
3. Secara demografis, pada umumnya padat penduduk, dengan tingkat pertumbuhan
penduduk yang tinggi
4.
Secara budaya, kokoh berpegang pada warisan
budaya
Beberapa hal di
atas sangat berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil pemerintah dalam pembangunan. Hal ini pun berdampak pada sistem pendidikan
nasional. Seperti
halnya negara maju, negara berkembang memiliki berbagai masalah pendidikan yang
semakin kompleks. Yang dimaksud kompleks adalah karena dari segi ekonomi
dan teknologi, negara yang berkembang memang ketinggalan. Dengan berbagai
ketertinggalannya tersebut mengakibatkan masalah yang timbul di dunia
pendidikan pun semakin kompleks.Berikut ini
adalah contoh-contoh negara berkembang yang mengalami
persoalan-persoalan pendidikan:
a. India
Ada beberapa
masalah pendidikan yang dialami India saat ini. Permasalahan pendidikan di
India banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
(1.) Faktor ekonomi, banyak
siswa di India yang tidak dapat melanjutkan studi karena masalah biaya.
(2.) Faktor social, ada anggapan
bahwa wanita terutama di pedesaan tidak memerlukan pendidikan, lebih baik
menjadi ibu rumah tangga saja.
(3.) Faktor sistem pendidikan,
banyak siswa menengah atas yang tidak bisa melanjutkan pendidikan karena
kurangnya daya tampung yang disediakan oleh universitas. Selain itu, pendidikan
pemerintah juga kurang memenuhi standar dibandingkan pendidikan swasta. Ada
juga kasus, banyaknya mahasiswa yang menganggur karena tidak mendapatkan
pekerjaan.
(4.) Faktor kedisiplinan guru, ada
beberapa kasus di India banyak guru-guru yang sudah difasilitasi oleh
pemerintah tidak menjalankan tugasnya dengan semestinya.
b. Pakistan
Pakistan
sebagai negara Islam yang berkembang memiliki beberapa masalah pendidikan.
Menurut data dari UNESCO, penyelesaian studi pada pendidikan dasar di
Pakistan yaitu 33,8% pada wanita dan 47,18% pada laki-laki. Hal ini menunjukkan tingkat kelulusan pendidikan dasar di Pakistan
sangat rendah. Setidaknya
ada 6 masalah pokok yang menjadi persoalan terjadi di Pakistan.
Masalah-masalah tersebut yaitu:
(1.) Faktor kemiskinan
(2.) Kesenjangan antar daerah
(3.) Diskriminasi gender
(4.) Kurangnya pendidikan yang
bersifat teknis, sehingga banyak lulusan yang tidak
mempunyai skill yang mumpuni
(5.) Kurangnya alokasi dana dari pemerintah
(6.) Kurangnya tenaga pendidik atau guru yang professional
Dari contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa permasalahan pendidikan yang
terjadi di Negara berkembang disebabkan oleh faktor ekonomi.Siswa tidak
melanjutkan pendidikannya karena tidak memiliki biaya. Selain
itu, kurangnya dana juga menyebabkan kurang tersedianya sarana prasarana
serta teknologi yang memadai. Apalagi di era globalisasi saat ini yang
berdampak pada semakin cepatnya arus informasi dan teknologi. Jika sekolah
tidak siap menghadapi globalisasi maka ketertinggalan yang akan terjadi.
Masalah sosial seperti gender
juga terjadi di dunia pendidikan Negara-negara berkembang, banyak wanita yang
putus sekolah karena dipandang tidak perlu pendidikan tinggi. Mereka
beranggapan bahwa wanita nantinya hanya menjadi ibu rumah tangga.
Peningkatan
kualitas guru juga menjadi masalah penting yang harus dibenahi oleh
negara-negara berkembang. Pendidikan dan pelatihan menjadi guru professional
menjadi sangat penting bagi negara-negara berkembang. Hal ini
dikarenakan guru merupakan ujung tombak pendidikan nasional.
Menurut
Tadjab dalam bukunya Perbandingan Pendidikan ada beberapa hal mendasar
yang menjadi persoalan pendidikan di negara berkembang. Setidaknya ada tiga
masalah, yaitu:
(a.) Peningkatan pendidikan guru
Banyak negara-negara
di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang kekurangan guru. Sebagian besar dari
guru-guru tersebut kurang memiliki kompetensi yang memadai sebagai guru yang
professional sehingga peningkatan melalui pendidikan dan pelatihan guru
merupakan tugas utama negara
berkembang.
(b.) Sistem tradisional yang ditinggalkan
Negara-negara berkembang biasanya
memiliki kebudayaan yang menjadi produk unggulannya. Namun seiring perkembang zaman kebudayaan tersebut mulai diabaikan dan
beralih ke sektor modern. Pengabaian kebudayaan tersebut justru akan semakin
menjatuhkan pendidikan, sehingga isu menipisnya karakter siswa mencuat
akhir-akhir ini.
(c.) Sistem sekolah yang banyak
meng-impor dari luar negeri
Beberapa
negara berkembang terutama negara jajahan mewarisi model pendidikan para
penjajahnya. Hal ini terjadi di beberapa negara-negara Afrika dan Asia, yang
mengadopsi model-model pendidikan seperti Perancis dan Inggris.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan memiliki tugas untuk menyiapkan sumber daya manusia pembangunan dari suatu bangsa tersebut.
Setiap langkah dalam pembangunan selalu diupayakan beriringan dengan tuntutan
kamajuan zaman. Perkembangan zaman yang selalu berubah dan memunculkan berbagai
permasalahan baru yang sebelumnya tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.
Pendidikan yang ada di Indonesia
merupakan salah satu negara yang kurang maju di dunia di bidang pendidikan
ini. Hal tersebut di karenakan adanya masalah pendidikan di Indonesia yang
belum dapat ditangani dengan tuntas. Adapaun masalah pendidikan di Indonesia
seperti pergantian kurikulum 2013 yang tidak habis-habisnya dibicarakan. Karena
membuat para guru kesulitan dalam mengajar dengan kurikulum 2013.
B. Saran
Penulis
menyadari bahwa masih telalu banyak kesalahan dan kekhilafan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA